Sabtu, 27 Desember 2014

Enzim: Zat Inti Kehidupan

Prinsip lain yang penting dari aturan diet Tao adalah lebih memilih bahan makanan yang segar daripada bahan makanan yang sudah tersimpan lama, memilih "Makanan Hidup" daripada "Makanan Mati" dan sepanjang bisa dipraktekkan, memilih mengkonsumsinya dalam keadaan yang mentah atau paling banter dimasak setengah matang.

Definisi kerja terbaik dari "Makanan Hidup" digambarkan oleh Dr. Mc. Culum dari Universitas John Hopkins, sekitar 50 tahun lalu. "Jangan makan 'Makanan Mati' atau berpenyakit, tapi makan sebelum basi dan busuk!" Campuran tepung putih, misalnya, akan basi, sementara padi-padian di tanah akan membusuk.

Di Amerika, juga di manapun dalam derap kehidupan modern ini, hampir semua makanan yang dijual sekarang sudah diperpanjang usia kesegarannya dengan cara yang kejam. Bahan makanan yang ada sekarang telah mengalami proses radiasi dengan dosis tinggi sinar gamma, demi memperpanjang usia kesegarannya. Bakteri dan hama pembusuk tak bisa menyentuh apel atau pangkal kubis yang sudah mengalami proses radiasi.

Bahkan bakteri dan hama pembusuk pun tahu, kalau makanan yang sudah diradiasi itu menjadi tak sehat lagi untuk dimakan. Tapi perusahaan industri makanan pun tahu manusia modern akan makan apa saja karena ketidak-tahuannya akan pengetahuan dasar nutrisi.

Perbedaan ciri khusus antara "Makanan Hidup" dan "Makanan Mati" adalah adanya enzim aktif di dalam produk yang segar. Para tabib Taois menyebut factor kehidupan ini sebagai Chi. Dan enzim chi terbentuk dari banyak sekali unsur pokok dan penting yang ada di dalam makanan. Ilmuwan Barat tahu pasti bahwa enzim merupakan senyawa mudah hancur dan bisa dirusak oleh panas di tempat terbuka, kelembaban yang berlebihan, oksigen, radiasi, dan kimia sintesis.

Padahal semua unsur yang bisa merusak enzim itu bisa muncul pada saat memasak, proses pengalengan, pembersihan, penyaringan, pemeliharaan, pengawetan dan pasteurisasi makanan. Semua enzim akan "terbantai" pada temperature sekitar 130 derajat Fahrenheit, jauh di bawah titik didih air (212 derajat Fahrenheit) dan sedikit di bawah suhu pasteurisasi (140 derajat).

Diet tradisional Asia Timur yang sangat kaya dengan dua jenis enzim aktif yaitu makanan segar mentah seperti buah-buahan dan sayuran. Juga, khusus di Jepang, ikan mentah. Dan sebagai makanan untuk konsumsi pengobatan, tersedia berbagai jenis tanaman aspergilus dengan berbagai enzimnya yang berguna dalam proses pencernaan protein, karbohidrat maupun lemak. 

Tanaman aspergilus yang sudah dimanfaatkan berabad-abad di Asia, mengandung banyak sekali enzim penting. Tanaman ini antara lain dipakai sebagai bahan yang mempersiapkan beberapa nutrisi dan makanan obat aktif sebagai tofu, yuba, nado, atau miso, sama dengan memberi tubuh kemampuan memompa enzim, zat makanan penting pencetus kehidupan.

Istilah "Makanan Alami" semakin banyak disalah-gunakan di label berbagai jenis makanan komersial seperti yoghurt. Padahal, pengertian sesungguhnya dari "alami" itu hanya benar bila semua enzim alami, vitamin, mineral, dan berbagai unsur nutrisi penting masih tetap utuh.

Di pihak lain, terdapat banyak juga makanan alami bagus yang bisa ditemukan di supermarket tanpa label, seperti buah-buahan dan sayuran segar mentah, daging dan ikan segar, sirop gula, semuanya mentah dan tak pucat, kacang-kacangan dan padi-padian yang tak layu. Sementara beberapa makanan tak berair seperti kismis dan kurma menahan enzim vitalnya dalam bentuk mati suri dan enzimnya akan kembali aktif saat basah oleh kelenjar di dalam mulut dan lambung.

Amati dengan seksama tentang bagaimana aktivitas enzim menuaikan tugasnya yang penting bagi pencernaan yang baik, metabolisme yang efisien dan berguna untuk kesehatan. Enzim adalah katalisator biokimia yang dikeluarkan oleh pankreas serta berbagai kelenjar dan organ.

Sebagian dimanfaatkan untuk pencernaan, yang lain masuk ke dalam darah untuk mencari dan memburu mikroba berbahaya, racun serta sel mati dan sel rusak. Di dalam lambung, ada sekitar 5 juta kelenjar sangat kecil yang mengeluarkan aneka enzim yang dibutuhkan untuk pencernaan, seperti misalnya pepsin. Masing-masing enzim itu aktif secara khusus, menyesuaikan diri dengan reaksi biokimia untuk mengunci serangga.

Bila enzim yang tidak selaras dikeluarkan bersama-sama karena masuknya campuran makanan yang tak sesuai, akan terlihat tanda berlawanan yang dikirimkan enzim-enzim itu untuk memperbaiki atau menetralkan keadaan. Tapi, enzim jauh lebih dari sekadar cuma katalisator dalam pengertian kimia konvensional.

Salah seorang pakar enzim terkemuka di Amerika, Dr. Edward Howell yang telah berpengalaman 50 tahun di bidangnya, pernah menulis di Healthview Newsletter, bahwa katalisator cuma substansi tak berdaya. Katalisator tak punya apa-apa, dibanding energi hidup yang ditemukan pada enzim. Dalam hal ini, ketika bereaksi, enzim mengeluarkan semacam radiasi. Hal ini tak ada pada katalisator.

Menanggapi Dr. Howell, para Taois dari Taipeh mengatakan, "Itulah kerja chi. Chi dimanifestasikan dirinya sendiri dalam bentuk yang bagi mata awam tampak seakan-akan seperti tradisi siluman, tapi akan sangat nyata di mata seorang Taois yang ahli dalam bidangnya. Chi juga dapat terdeteksi dan diukur teknologi canggih. Radiasi, yang dikatakan Dr. Howell, ada dalam beberapa enzim, sebenarnya adalah chi yang dilepaskan untuk bekerja di dalam system tubuh. Di sini dapat kita lihat kesamaan luar biasa antara pandangan seorang pakar kesehatan Barat yang cerdik dan praktisi tradisi Tao.

Ketika "peradaban" diet ditentukan dari cara memasak, proses, dan penyulingan buatan, sempurnalah kehampaan energi dalam semua makanan itu. Konsekuensinya, tubuh harus memproduksi sendiri berbagai enzim untuk memenuhi kebutuhan pencernaan karena begitu banyak makanan mati yang dimakan manusia modern setiap hari.

Banyak dari enzim itu harus diberikan pada pankreas, sebuah organ yang begitu berat bekerja dan membengkak dalam spesis manusia sekarang. Pankreas manusia sekarang sudah menjadi lebih panjang dibanding berat tubuhnya. Dalam perbandingan dengan berat tubuh, catat Dr Howell, pankreas manusia lebih panjang dua kali dibanding pankreas sapi berbanding berat tubuhnya.

Kapasitas produksi enzim itu terbatas. Ketika sampai pada titik dimana Anda tak dapat lagi memproduksi enzim, berakhirlah hidup. Ungkapan itu sesuai dengan ajaran Tao yang mengatakan, bila tubuh tak dapat lebih lama memproduksi semen (mani, sperma), hormon dan bentuk lain dari jing (esensi vital, termasuk enzim) itulah saatnya mati.

Enzim mengandung intisari chi. Karena itu chi menuntut untuk memproduksi enzim. Setiap organisme menyimpan chi yang terbatas. Siapa yang tercepat menghabiskan chi, dialah yang lebih cepat mencapai akhir kehidupan.

Diet tak alami, makanan yang terlalu matang dimasak, menguras terlalu banyak enzim tubuh. Hal ini sebenarnya merugikan, melawan alam dan mengosongkan kapasitas enzim tubuh. Hal ini merupakan salah satu biang terjadinya umur pendek, mati muda dan penyebab semua penyakit degenerasi.

Untuk melayani terlalu banyaknya makanan tak berenzim di dalam pencernaan, jatah enzim bagian tubuh lain, seperti otak, otot, sendiri dan syaraf harus dipotong untuk menormalkan pencernaan. Dan ini akan menimbulkan terjadinya berbagai penyakit. 

Sebagai contoh, ambil fakta yang ditunjukkan fosil manusia Neanderthal, yang makanan utamanya terdiri dari bangkai binatang yang dibakar garing hangus di dalam gua mereka. Sebagian besar fosil yang ditemukan menunjukkan bahwa banyak di antara manusia Neanderthal yang hidup 50 ribu tahun lalu menderita arthritis yang melumpuhkan.

Tapi orang Eskimo yang tradisi makannya terdiri dari semuanya daging mentah, lemak mentah dan ikan mentah, sama sekali tak pernah mengenal apa itu arthritis, radang usus, atau gangguan kesehatan lain. Sayangnya, hal itu hanya berlangsung sampai titik di mana mereka mengenal paket pemrosesan makanan akibat masuknya peradaban Amerika.

Orang Eskimo merupakan satu-satunya suku bangsa di Amerika Utara dan Selatan yang tak pernah dipengaruhi tradisi dari adat istiadat "dokter" karena mereka sebenarnya tak pernah sakit.

Sesungguhnya, kata "Eskimo" itu diambil dari istilah Indian kuno yang artinya "dia yang makan makanan mentah", dan itulah rahasia sebenarnya dari bentuk kesehatan dan umur panjang mereka.

Diet tanpa enzim sangat menyusahkan bagian inti dari tubuh kita, "jaringan esensi vital" yaitu sistem kelenjar endokrin.

Penemuan Dr Howell menunjukkan fakta bahwa masakan diet bebas enzim mengakibatkan penyakit pembesaran berlebihan dari kelenjar di bawah otak yang mengatur kelenjar lain. 

Lebih lanjut, penelitian menunjukkan hampir 100 persen dari 50 kematian karena kecelakaan disebabkan karena terganggunya kelenjar di bawah otak ini.

Diet masakan makanan dengan enzim yang mati cenderung membuat lemak, betapa pun Anda hati-hati menghitung kalori. Petani Amerika menemukan sejak lama daging babi pun tak membuat gemuk bila dimakan bersama kentang mentah.

Tapi bila diet yang sama namun dengan kentang yang dimasak, akan cepat sekali membuat orang menjadi sangat gemuk. Enzim aktif di dalam makanan mentah membuat makanan dicerna dengan efisien di dalam lambung. Hal itu menghindarkan kita dari sakit lambung akibat pembusukan dan pengendapan. Kalori pun akan dibakar sempurna oleh tubuh sehinga lemak tak terkumpul.

Sebenarnya, banyak lemak di dalam tubuh orang yang gemuk gendut bukan merupakan jaringan tubuh, tapi merupakan bagian terbesar dari tumpukan lendir dan racun yang menonjol keluar dari dinding usus, leher dan getah bening di dagu dan bagian lain dari tubuh.

Kalori makanan mentah dan kalori makanan yang dimasak itu berbeda seperti udara segar dan udara berpolusi. 

Dari pengalaman, ungkap Dr. Howell, tidak mungkin menemukan orang yang sering makan makanan mentah itu gemuk. Tak perlu jauh-jauh mencari contoh. Lihat saja orang Sunda yang doyan lalap. Mereka tampak sehat bugar dan jarang mati muda. Gadis-gadisnya punya kulis mulus ramping menarik.

Sampai ilmuwan Barat pun menemukan di dalam pengujian mereka dengan tikus dan mengaplikasikan hasilnya pada manusia. Kita lihat bagaimana tikus pemakan makanan masak.

Pengujian dilakukan pada 2 kelompok tikus yang diberi makanan berbeda. Kelompok yang satu diberi makanan yang dimasak, dan kelompok lain mengkonsumsi makanan mentah. 

Kelompok terakhir, yaitu tikus tikus yang mengkonsumsi makanan mentah, mencapai usia hidup rata-rata 3 tahun. Sementara kelompok tikus yang makan makanan masak tak ada yang mencapai umur lebih dari 2 tahun. Perbandingan perbedaan umur hidup tersebut.

Percobaan Dr. Pottenger dengan susu mentah dan susu pasteurisasi pada kucing menunjukkan hasil yang sama. Pikirkanlah hal ini bila suatu saat nanti Anda harus memilih antara hamburger dan French fries atau buah-buahan dan sayuran segar. Pilih mana?

Bila tak sibuk mencerna makanan tak berenzim di dalam lambung, enzim tubuh berkelana bersama aliran darah dan melindungi tubuh dari segala macam penyakit dan gangguan yang merusak.

Ini adalah salah satu dari sekian banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan berpuasa. Semua kapasitas enzim dipancurkan sendiri untuk membersihkan sistem tubuh, merawat jaringan tubuh yang rusak serta menghilangkan jaringan tubuh yang sudah mati, menghilangkan protein busuk dan membantu membangun sel-sel baru.

Tak pelak lagi, bila Anda terbiasa hidup dengan diet harian makanan tak berenzim alami, seluruh kapasitas enzim akan tetap sibuk melayani pekerjaan pencernaan. Karena itu, loloslah segala macam bentuk pembusukan dan perusakan sel menumpuk dalam jaringan, mengakibatkan berbagai penyakit. 

Kenyataannya, penyakit tumor kanker kebanyak selalu tumbuh di jaringan otot yang menjadi ladang racun, seperti paru-paru perokok, hati peminum minuman keras dan usus si rakus tukang makan semua makanan.

Untuk mengimbangai kekeringan enzim dalam sistem tubuh yang disebabkan karena makanan yang dimasak, khususnya masakan makanan dari produk hewani, sebaiknya minum 1-3 kapsul suplemen enzim saat mengkonsumsi makanan serius. 

Lain halnya kalau Anda konsisten mengkonsumsi makanan mentah. Bahkan sedikit salad tak akan cukup untuk mengimbangi kebutuhan enzim dalam mencerna sebuah steak. 

Kapsul suplemen enzim itu bisa diminum sebelum makan agar sudah larut di dalam lambung saat makanan masuk ke sana. Sebaiknya, kapsul enzim yang diminum adalah enzim tumbuh-tumbuhan daripada enzim pankreatik yang biasanya diambil dari sumber hewani.

Karena enzim tumbuh-tumbuhan dapat bekerja di dalam keasaman lambung. Sementara enzim pankreatik bekerja lebih baik di dalam kebasahan (alkalinitas) usus kecil. 

Pada saat makanan mencapai usus kecil, sebagian besar proses pencernaan sudah terjadi ketika makanan berada di lambung. Karena itu, yang terbaik adalah menggunakan suplemen enzim yang bekerja di lambung.

Disadur dari: Buku Fengshui oleh Ignas Bethan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar