Setiap hari Selvi selalu sibuk. Dia memang suka bekerja. Sebagai karyawati di bagian pemasaran, tugasnya sih tidak terlalu sulit. Menjual produk kendaraan bermotor. Tapi akhir-akhir ini pekerjaannya semakin menumpuk karena Asti, rekan kerjanya sedang cuti melahirkan. Mau tidak mau, Selvi harus menangani pelanggan Asti juga. Pekerjaan Selvi yang sudah bertumpuk, kini ditambah lagi tanggung-jawab lainnya. Lengkaplah sudah kesibukannya. Selesai kerja bisa jam delapan tiap hari.
Seminggu yang lalu, putera Selvi yang baru berumur tiga belas tahun mengeluh sakit di perut bagian bawah, di bawah pusar. Setelah menjalani berbagai pemeriksaan, ternyata diagnosis dokter adalah adanya luka di saluran kemih karena ada batu yang akan keluar.
Selvi sempat heran, kok anak kecil bisa ada batunya. Tapi kata dokter, pernah ditemukan batu dalam saluran kemih anak berumur tujuh tahun. Untung putera Selvi tidak usah dioperasi. Cukup dengan pengobatan saja, karena batunya belum terlalu besar. Masih tergolong ringan.
Tapi satu hal yang membuat Selvi takut. Kata dokter, pembentukan batu dapat dipicu oleh kebiasaan kurang minum. Putera Selvi dianjurkan banyak minum air putih agar batunya cepat keluar dan tidak terbentuk batu baru.
Mendengar perkataan dokter, Selvi baru ingat. Dia sendiri kurang minum. Setiap hari, saking sibuknya bekerja di kantor, Selvi jarang minum. Paling-paling minum pada saat makan siang. Air dalam gelas di mejanya selalu tersisa. Satu gelas saja tidak habis diminum sehari. Kadang-kadang air dalam gelasnya masih utuh hingga sore hari.
Mengapa? Selvi mencoba introspeksi diri. Selama ini dia memang kurang suka minum air biasa, Selvi lebih senang minum air es yang dingin. Rasanya segar. Jadi melihat air dalam gelasnya yang sudah tidak dingin lagi, biasanya dia malas meminumnya. Untuk mengambil air es baru, aduh malasnya. Dispenser air minum letaknya jauh di pantry. Jadilah Selvi biasa menahan haus. Akhirnya dia memang jarang merasa haus.
Sekarang melihat puteranya sakit, Selvi jadi takut sendiri. Keesokan harinya, Selvi mulai memaksakan diri meminum air di gelasnya yang selalu disediakan setiap pagi di mejanya. Pertama-tama sih rasanya kurang enak. Habis, tidak dingin sih. Rasanya kurang segar. Tapi karena takut ada batu dalam tubuhnya, maka Selvi memaksakan diri juga.
Setelah beberapa hari, ternyata enak juga kok minum air biasa, tidak usah harus air es. Baru kini Selvi sadar, bahwa selama ini dia hanya memanjakan dirinya untuk selalu minum air es. Dulu rasanya dia tidak bisa minum air biasa. Ternyata kini bisa kok. Berarti dulu, bukannya tidak bisa, tapi tidak mau! Dia dulu membatasi dirinya dengan berulang-ulang mengatakan pada diri sendiri bahwa dia tidak suka minum air biasa, harus air es yang dingin. Padahal, kini ternyata setelah dia berhenti berpikir demikian, bisa kok minum air biasa. Segar juga tuh. Aneh ya?
Sekarang, meskipun malas, Selvi selalu memaksakan diri untuk berdiri dan mengambil minum sendiri. Supaya tidak terlalu sering mengambil minum, dia minum dua gelas air dulu di dekat dispenser, baru gelasnya diisi penuh lagi untuk dibawa ke mejanya. Lumayan kan? Tidak usah bolak-balik tiga kali. Kemudian dia minta agar office girl mengisi gelasnya tiga sampai empat kali sehari. Wah, membantu sekali.
Dampak positif
Ternyata berita tentang penyakit puteranya membawa dampak positif di kantor.
Rekan-rekan di ruangan yang sama dengannya jadi ikut takut. Selama ini mereka juga jarang minum. Jadilah, beramai-ramai mereka membeli
gelas besar untuk tempat minum di meja masing-masing.
Malah ada yang menyiapkan botol air mineral besar di mejanya, setiap kali habis, tinggal diisi lagi dari dispenser. Praktis. Tidak perlu bolak-balik mengambil air minum. Ada juga yang membeli teko atau tempat minum dari plastik untuk cadangan air minum di mejanya.
Ternyata setelah sekitar sepuluh hari berlalu, semua orang merasakan manfaatnya. Mereka lebih segar dalam bekerja. Tidak mudah lesu. Kini semuanya sadar bahwa selama ini mereka memang terlalu malas untuk minum, terlalu malas untuk memperhatikan kesehatan. Terlalu menganggap enteng. Toh semua orang juga begitu kok.
Kini kebiasaan baik itu sudah mulai merambat ke ruangan lain dan divisi lain. Bahkan atasan Selvi juga mulai berubah. Beliau dulunya malah lebih gawat lagi. Hampir tidak pernah minum. Paling banyak sehari hanya dua gelas. Pada saat makan siang pun, air minumnya tidak pernah dihabiskan.
Beliau juga sadar, dulu beliau hanya malas saja. Mau bilang tidak ada waktu untuk minum sih, tidak masuk akal juga. Buktinya kini karena ketakutan ada batu dalam tubuhnya, dia bisa tuh minum lebih banyak. Sempat. Ada waktu kok. Beliau malah kini mencoba mengatur waktunya agar lebih efisien, karena beliau kini merasa pengaturan waktu dan pendelegasian kerjanya masih kurang optimal. Beliau terlalu sibuk sendiri.
Kini semua berubah menjadi lebih baik. Selvi gembira. Untung dia cepat sadar dan mau mengubah kebiasaan. Rupanya kebiasaan yang kurang baik bisa diubah. Asalkan mau.
Create a positive behaviour! Start now!
Malah ada yang menyiapkan botol air mineral besar di mejanya, setiap kali habis, tinggal diisi lagi dari dispenser. Praktis. Tidak perlu bolak-balik mengambil air minum. Ada juga yang membeli teko atau tempat minum dari plastik untuk cadangan air minum di mejanya.
Ternyata setelah sekitar sepuluh hari berlalu, semua orang merasakan manfaatnya. Mereka lebih segar dalam bekerja. Tidak mudah lesu. Kini semuanya sadar bahwa selama ini mereka memang terlalu malas untuk minum, terlalu malas untuk memperhatikan kesehatan. Terlalu menganggap enteng. Toh semua orang juga begitu kok.
Kini kebiasaan baik itu sudah mulai merambat ke ruangan lain dan divisi lain. Bahkan atasan Selvi juga mulai berubah. Beliau dulunya malah lebih gawat lagi. Hampir tidak pernah minum. Paling banyak sehari hanya dua gelas. Pada saat makan siang pun, air minumnya tidak pernah dihabiskan.
Beliau juga sadar, dulu beliau hanya malas saja. Mau bilang tidak ada waktu untuk minum sih, tidak masuk akal juga. Buktinya kini karena ketakutan ada batu dalam tubuhnya, dia bisa tuh minum lebih banyak. Sempat. Ada waktu kok. Beliau malah kini mencoba mengatur waktunya agar lebih efisien, karena beliau kini merasa pengaturan waktu dan pendelegasian kerjanya masih kurang optimal. Beliau terlalu sibuk sendiri.
Kini semua berubah menjadi lebih baik. Selvi gembira. Untung dia cepat sadar dan mau mengubah kebiasaan. Rupanya kebiasaan yang kurang baik bisa diubah. Asalkan mau.
Create a positive behaviour! Start now!
Sumber: Potensi Diri - Minum oleh Lisa Nuryanti, Director Expands
Consulting & Training Specialist.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar